Monday, May 18, 2009

PERANAN SEKTOR PUBLIK DALAM PEMULIHAN EKONOMI DAERAH PADA ERA OTONOMI : SUATU PENDEKATAN TEORITIS PADA PUBLIC CHOICE

I. PENDAHULUAN
Pelaksanaan otonomi daerah yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2001, telah memberikan kesempatan kepada setiap daerah provinsi di Indonesia untuk mengembangkan sendiri potensi daerah (faktor endowmen) yang dimilikinya. Selama ini pengembangan potensi daerah telah diarahkan pada 9 sektor ekonomi, yaitu : Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri, Bangunan, Angkutan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Lembaga Keuangan dan Jasa Perbankan, serta Jasa-Jasa.
Pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh masing-masing sektor tidaklah sama. Perbedaan itu terlihat dari kontribusi masing-masing sektor terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan pertumbuhan yang berbeda itu mempengaruhi kesejahteraan ekonomi secara agregat di daerah yang kini melaksanakan otonomi daerah. Kontribusi terbesar pada PDRB umumnya diperoleh dari sektor pertanian, sehingga sektor ini merupakan sektor andalan di daerah dan dijadikan ukuran efisiensi, sedangkan sektor lain yang kontribusinya terhadap PDRB kecil kurang diandalkan dan dianggap tidak efisien. Kegiatan ekonomi yang hanya mengandalkan pada suatu sektor tertentu merupakan ciri dari perekonomian pasar yang diperankan oleh pihak swasta yang bersifat jangka pendek dan homogen. Sifat homogen itu juga nampak pada alokasi sumberdaya ekonomi, terutama sumberdaya manusia.
Di era otonomi, pembangunan ekonomi haruslah dilakukan secara serentak pada setiap sektor, walaupun menurut Hirschman dalam Todaro (1985), bahwa untuk negara (daerah) berkembang pembangunan ekonomi tidak dilakukan secara serentak (unbalanced growth) yaitu dengan menetapkan sektor unggulan, dimana sektor unggulan ini akan berimplikasi ke depan (forward linkages) dan hubungan ke belakang (backward linkages). Pemerintah harus memberikan kejelasan bahwa kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi yang akan dicapai sesuai dengan kehendak masyarakat daerah., karena masyarakat itu sendirilah yang lebih mengetahui sektor ekonomi mana yang perlu ditingkatkan, dikembangkan, dipertahankan, sesuai dengan sosio-kultur daerah tersebut.
Perencanaan pembangunan dari atas ke bawah (top-down planning) yang pernah dilakukan pada masa orde baru, nampaknya belum menciptakan kestabilan ekonomi di daerah, bahkan yang terjadi adalah ketidakjelasan seperti alokasi sumberdaya (modal), ketidakmerataan pendapatan, pengangguran, kemiskinan, dan lain sebagainya. Perencanaan pembangunan dari bawah ke atas (bottom- up planning) merupakan perencanaan yang diharapkan dapat mengatasi distorsi tersebut. Menurut Cullis dan Jones (1992), bahwa pemerintah suatu daerah bukan hanya berperan dalam hal keuangan (anggaran), tetapi juga berperan dalam hal penentuan pilihan supaya masyarakat dapat memperoleh kesejahteraan.
Dalam rangka pengembangan ekonomi di daerah, penyediaan sumberdaya manusia menjadi syarat keharusan, akan tetapi belum memenuhi sebagai syarat kecukupan. Selanjutnya penyediaan investasi dan penggunaan teknologi dapat dijadikan sebagai sumberdaya ekonomi yang memiliki syarat kecukupan itu.
Menurut Tambunan (2000), bahwa tujuan UU No. 22 Tahun 1999 adalah untuk mengubah sistem alokasi anggaran daerah (regional) dari suatu sistem pengeluaran menjadi sistem bagi hasil. Dalam konteks ini fungsi desentralisasi fiskal merupakan ketetapan peran dan tanggung jawab pemerintah di segala bidang, memfasilitaskan transfer bantuan antar pemerintah, memperkokoh sistem penerimaan daerah melalui penetapan pelayanan yang lebih baik, memberikan kepastian usaha kepada pihak swasta, dan menjamin keselamatan masyarakat sebagai bagian dari redistribusi pendapatan. UU No. 25 Tahun 1999, dalam konteks ekonomi Indonesia merupakan peraturan tentang sumber penerimaan daerah dan mengawasi anggaran (budget) oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah mempunyai dua sumber penganggaran, yaitu yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) dan bantuan transfer dari anggaran pemerintah pusat (APBD). Pendapatan asli daerah (PAD) berasal dari pajak daerah , retribusi daerah, perusahaan pemerintah daerah, dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas, yang menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi daerah, yaitu :
(a) Bagaimana mengalokasikan sumberdaya ekonomi di daerah secara efisien (allocative efficiency);
(b) Bagaimana mengevaluasi pengeluaran sektor publik untuk daerah otonomi.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Kesejahteraan Ekonomi
Masyarakat Daerah

Public Choice
Barang dan Jasa

Pemerintah
Pusat

Perencanaan Pembangunan dari Bawah ke Atas (bottom up planning)


Kebijakan Pemerintah Pusat-Daerah


Pemerintah Daerah


Masyarakat Daerah Otonom


Kebijakan Pemerintah Daerah Otonomi Desentralisasi
Fiskal
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tentang Peranan Sektor Publik oleh Penulis,
Tahun 2001.

III ALOKASI SUMBERDAYA EKONOMI SECARA EFISIEN
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan ekonomi di daerah, adalah tidak mungkin perekonomian sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetapi diperlukan adanya peranan pemerintah dalam hal mengatur ekonomi. Salah satu peran pemerintah dalam mengatur perekonomian daerah otonomi adalah dengan menerapkan desentralisasi fiskal. Kebijakan fiskal ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi perekonomian daerah terutama dalam hal alokasi dan distribusi. Efisiensi ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan nilai dalam ukuran uang dari pengeluaran pemerintah yang diterima oleh pembayar pajak, sedangkan nilai outputnya bertambah besar atas pemanfaatan sejumlah sumberdaya tersebut.
Menurut Adam Smith dalam Musgrave dan Musgrave (1989), bahwa penyelenggaraan pajak harus didasarkan pada unsur keadilan, kepastian, keselarasan, dan efisiensi (pertumbuhan). Oleh karena itu peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumberdaya (peranan fiskal) dapat diarahkan untuk menghasilkan barang dan jasa guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tidak semua barang dan jasa dapat disediakan oleh sektor swasta. Penyediaan barang publik baik secara teknis maupun secara ekonomis tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian (non exclusive). Menurut Mangkoesoebroto (1993), penyediaan barang publik adalah seberapa banyak pemerintah harus menyediakan barang publik dan berapa jumlah dana yang harus disediakan untuk penyediaan barang publik itu.
3.1. Penyediaan Barang Sosial Secara Efisien
Tindakan pemerintah untuk menyediakan barang-barang sosial, dimaksudkan untuk meluruskan alokasi sumberdaya yang ada di daerah, agar mencapai hasil yang optimal. Tindakan ini didukung oleh justifikasi yang mengatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat menyediakan semua informasi yang dibutuhkan oleh konsumen guna mengevaluasi program konsumsinya. Penyediaan barang sosial secara efisien disajikan pada Gambar 2.
Barang (2.1)
Privat X
M
E
Y
0 N F Q C Barang Sosial S
Barang (2.2)
Privat X
V
T P ia3
G W ia2
ia1
0 N F U Barang Sosial S
Barang (2.3)
Privat X
L
Z H ib4
K
ib3
ib1 ib2
0 N F U Barang Sosial S
Gambar 2. Penyediaan Barang Sosial Secara Efisien (Musgrave dan Musgrave,1989).
Gambar (2.1), kurva kemungkinan produksi DC sebagai bauran barang privat X dan barang sosial S dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Pada Gambar (2.2), memperlihatkan jumlah barang privat X dan barang sosial S dikonsumsikan oleh A. Gambar (2.3), memperlihatkan konsumen B mengkonsumsikan barang privat X dan barang sosial S. Ketika A berada pada titik G (Gambar 2.2), A mengkonsumsikan barang sosial barang sosial S sebanyak OF dan barang privat sebanyak FG. Pada Gambar (2.1), terlihat konsumen A mengkonsumsikan barang privat sejumlah EF dan barang sosial F sejumlah OF. Dengan demikian jumlah barang privat dan barang sosial yang tersisa untuk konsumen B adalah FH (Gambar 2.3).
Tingkat kesejahteraan konsumen A misalnya berada pada kurva indiferens ia2. Apabila konsumen A berada pada titik G, konsumen B berada pada titik H. Jika konsumen A bergerak ke titik P, T, dan V, maka konsumen A berpindah ke kiri sepanjang ULK. Kurva indiferens ia2 sebagai kurva kesejahteraan dari konsumen A. Jika konsumen A akan memilih suatu titik kesejahteraan yang maksimal dan akan membuat konsumen B menjadi lebih baik terliohat pada titik L, dimana ULK bersinggungan dengan kurva indiferens ib4 (Gambar 2.3) dari B berada pada kurva LZK.
3.2. Alokasi barang Sosial Melalui Anggaran
Alokasi barang sosial di daerah merupakan penyediaan barang sosial yang ditentukan oleh penilaian masyarakat berdasarkan pendapatan dan preferensi. Biaya untuk barang sosial diperoleh dari pajak yang juga sesuai dengan penilaian masyarakat, yaitu suatu sistem pengenaan pajak berdasarkan manfaat yang berlaku di daerah. Tarif pajak ditentukan juga oleh konsumen tertentu sesuai dengan barang sosial yang dikonsumsinya dengan membandingkan manfaat barang privat yang berlaku di pasar.
Pada Gambar (3.1), CD merupakan garis kemungkinan produksi sebagai kombinasi barang sosial S dan barang privat X. Pada Gambar (3.2), memperlihatkan kedudukan konsumen A yang mengkonsumsikan barang sosial S dan barang privat X. Pada Gambar (3.3), memperlihatkan kedudukan konsumen B yang mengkonsumsikan barang sosial S dan barang privat X. Misalkan pendapatan terbagi di antara konsumen A dan B sedemikian rupa sehingga konsumen A menerima bagian sebesar OM/OC dari output barang privat potensial OC, sedangkan konsumen B menerima bagian sebesar ON/OC, dimana OM + OM = OC. Garis putus-putus MV kemudian akan mencatat alokasi yang optimal dari pendapatan konsumen A di antara X dan S pada berbagai perbandingan harga. Hal itu akan menunjukkan titik singgung dari sehimpunan garis harga yang berpangkal di titik M dengan kurva indiferens yang berurutan. Dengan perbandingan harga OM/OP, misalnya kedudukan yang diinginkan konsumen A akan berada pada titik Q dimana MP bersinggungan dengan kurva indiferens tertinggi yang dapat dicapai, yaitu ia2. Garis putus-putus NW menunjukkan garis harga yang serupa bagi B.
Dengan menelusuri kedudukan konsumen A sepanjang MV, dapat ditunjukkan kedudukan B yang berkaitan dengan itu, sebagaimana diperlihatkan oleh garis putus-putus NJ. Pada setiap pasang titik, keduanya harus mengkonsumsikan jumlah S yang sama, sedangkan konsumsi barang X oleh konsumen B diperoleh dengan mengurangi konsumsi A (sebagaimana dicatat oleh MV) dari total penawaran barang X (sebagaimana dicatat oleh CD). Kurva NW menunjukkan kedudukan yang diinginkan oleh konsumen B, yang akan diperoleh jika perbandingan harga yang berbeda diterapkan kepada pembelian konsumen B atas barang sosial dan barang privat.
Barang C
Privat X (3.1) Perekonomian Secara Keseluruhan
I E
0 H D Barang Sosial S
Barang C
Privat X (3.2) Kedudukan A
M
V
Q
F ia2
K
ia1
0 H R P Barang Sosial S
Barang C
Privat X (3.3) Kedudukan B
N
W
G
L ib1
0 H J Barang Sosial S
Gambar 3. Barang Sosial dan Privat dalam Distribusi Tertentu (Musgrave dan
Musgrave, 1989).
IV. EVALUASI PENGELUARAN PUBLIK DAN ANALISIS MANFAAT BIAYA
4.1. Evaluasi Pengeluaran Publik
Penyediaan barang-barang ditentukan melalui pemungutan suara, karena sistem harga tidak dapat berfungsi secara efisien untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi. Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengadakan evaluasi mengenai penggunaan sumber-sumber ekonomi agar penggunaan sumber ekonomi yang langka dapat dilakukan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak program yang harus dilaksanakan, sedangkan biaya dan dana yang tersedia sangat terbatas. Pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisien.
Analisis manfaat dan biaya hanya menitikberatkan pada penggunaan faktor-faktor produksi pada tingkat efisien. Suatu program yang efisien mungkin tidak akan dilaksanakan, karena menimbulkan distribusi pendapatan yang tidak merata. Namun sebaliknya suatu program yang dapat menimbulkan distribusi pendapatan yang baik akan dipilih, walaupun program itu tidak terlalu efisien ditinjau dari hasil analisis manfaat dan biaya.
Menurut Musgrave dan Musgrave (1989), untuk mengevaluasi pengeluaran pemerintah dalam menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat, dihitung dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :
a. Nilai Sekarang (Prevent Value / PV) :
B1 B2 B3 Bn
PV = ----- + ------- + ------- + … + ------- ………… ….(1)
(1+r) (1+r)2 (1+r)3 (1+r)n
b. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value / NPV) :
n (B-C)i
NPV = -Io + å ---------- ……………………………………(2)
i=1 (1+r)i
c. Internal Rate of Return (IRR) :
B1-C1 B2-C2 Bn-Cn
IRR = Bo – Co + -------- + --------- + … + ----------- = 0 ………(3)
(1+r) (1+r)2 (1+r)n
Tingkat diskonto (r) yang menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol.
Keterangan :
B = manfaat
C = biaya
Io = Investasi awal
r = tingkat diskonto
n = umur proyek
4.2. Dampak dari Analisis Manfaat-Biaya Dalam mengidentifikasi berbagai tipe manfaat dan biaya, dapat dibedakan dalam berbagai kelompok, yaitu :
a. Manfaat dan biaya yang bersifat riil dalam bentuk uang (percuniary).
b. Manfaat dan biaya riel langsung yang berwujud dan tidak berwujud.
c. Manfaat dan biaya riel tidak langsung yang berwujud dan tidak berwujud.
Tabel berikut ini menyajikan tentang manfat dan biaya dari berbagai proyek, diantaranya irigasi, pendidikan, prasarana transportasi, dan prasarana kesehatan.
Tabel 1. Manfaat dan Biaya Proyek Irigasi.
Keterangan
Manfaat Biaya
Riel :
Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Tak Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Dalam nilai uang (pecuniary): - Naiknya hasil pertanian
- Pelestarian kawasan
- Berkurangnya erosi tanah
- Perlindungan masyarakat
- Peningkatan pendapatan riel
masyarakat - Biaya bendungan
- Hilangnya hutan belantara
- Pengalihan air
- Rusaknya margasatwa
-
Sumber : Cullis dan Jones, 1992.
Tabel 2. Manfaat dan Biaya Proyek Pendidikan.
Keterangan
Manfaat Biaya
Riel :
Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Tak Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Dalam nilai uang (pecuniary): - Menaikan pendapatan masa
mendatang
- Hidup diperkaya
- Berkurangnya biaya penanggu-
langan tindak kriminal
-
- Kenaikan relatif pendapatan
para guru - Biaya gaji, gedung, pembelian
buku
- Hilangnya waktu senggang
-
-
-
Sumber : Cullis dan Jones, 1992.
Tabel 3. Manfaat dan Biaya Proyek Prasarana Transportasi.
Keterangan
Manfaat Biaya
Riel :
Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Tak Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Dalam nilai uang (pecuniary): - Menghemat biaya bahan bakar
- Menghemat waktu
-
-
- Keuntungan diperoleh pemilik
bengkel pada jalur yang baru - Menambah penyusutan roda
kendaraan
- Menambah kecelakaan
- Mengurangi produk pertanian
- Biaya pemandangan
- Kerugian dihadapi oleh pemi-
lik bengkel pada jalur yang
lama
Sumber : Cullis dan Jones, 1992.
Tabel 4. Manfaat dan Biaya Proyek Prasarana Kesehatan.
Keterangan
Manfaat Biaya
Riel :
Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Tak Langsung : - Berwujud
- Tak Berwujud
Dalam nilai uang (pecuniary): - Menghemat biaya kesehatan
pada masa mendatang
-
- Bertambahnya masa produktif
pasien
- Menambah kenikmatan dalam
waktu senggang
- Keuntungan perusahan yang
memproduksi peralatan
scanning - Biaya pengobatan dari pasien
- Biaya kesempatan dari pasien
-
-
- Hilangnya penerimaan oleh
produsen obat untuk penyakit
gejala gangguan
Sumber : Cullis dan Jones, 1992.
V. PENUTUP
Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999, dapat membuka peluang untuk mempercepat terwujudnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah secara lebih merata. Hal ini disebabkan oleh terjadinya migrasi kapital dan investasi dari pusat ibu kota ke daerah-daerah, yang dengan kewenangan otonominya akan memperoleh bagian dana pembangunan secara lebih proporsional. Demikian pula daerah dapat lebih leluasa dalam menentukan skala prioritas pembangunan daerahnya, tanpa harus didikte oleh pusat.
Perencanaan pembangunan dari atas ke bawah (top-down planning) yang pernah dilakukan pada masa orde baru, nampaknya belum menciptakan kestabilan ekonomi di daerah, bahkan yang terjadi adalah ketidakjelasan alokasi sumberdaya, ketidakmerataan pendapatan, pengangguran, kemiskinan, dan lain sebagainya. Perencanaan pembangunan dari bawah ke atas (bottom-up planning) merupakan perencanaan yang diharapkan dapat mengatasi distorsi tersebut.
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, tidak mungkin sepenuhnya perekonomian diserahkan pada mekanisme pasar, akan tetapi diperlukan adanya peranan pemerintah untuk mengatur perekonomian suatu daerah otonomi. Salah satu cara adalah dengan menerapkan desentralisasi fiskal. Kebijakan fiskal ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi perekonomian daerah. Efisiensi ekonomi dimaksudkan sebagai peningkatan nilai dalam ukuran uang dari pengeluaran pemerintah yang diterima oleh pembayaran pajak, sedangkan nilai outputnya bertambah besar dari pemanfaatan sejumlah sumberdaya tersebut
Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengadakan evaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar penggunaan sumber ekonomi yang langka dapat dilakukan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak program yang harus dilaksanakan, sedangkan biaya dan dana yang tersedia sangat terbatas. Pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Cullis, J., and P. Jones. 1992. Public Finance and Public Choice Analitical Perspectives. Mc Graw-Hill Book Co. London
Mangkoesoebroto, G. 1993. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta
Musgrave, R. A., P.B. Musgrave. 1989. Public Finance in Theory and Pracrice 3th ed. Mc Graw-Hill Book Co. New York, USA.
Todaro, M. 1989. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Tambunan, M. 2000. Indonesia’s New Challenges and Opportunities in East A18, No. 2 Transaction periodicals Consortium the Dept. of East Asian Languages & Cultures Rutgers-The States University of New Jersey, USA..
Ekonomi Kerakyatan Cuma Retorika?
TANGGAL 27 Agustus 2001 Pemerintah Indonesia dan Dana Moneter Internasional (IMF) sepakat memperbarui paket program kebijakan ekonomi dan keuangan. Akan tetapi, tak satu pun butir kesepakatan itu yang menyebutkan keinginan untuk memperkuat dasar ekonomi rakyat. Bahkan, dalam Pidato Pengantar RAPBN 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri tak menyinggung strategi dasar dalam pengembangan ekonomi rakyat dimaksud. Realitasnya, ekonomi Indonesia selama ini disangga secara gotong-royong oleh pelaku usaha rakyat yang jumlahnya sangat banyak. Data BPS tahun 2000 menunjukkan, terdapat 39,04 juta unit atau 99,6 persen dari total unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja 74,4 juta orang. Jumlah ini merupakan 99,6 persen dari total angkatan kerja yang bekerja. Dari jumlah 30,04 juta di atas, komposisi sektoral adalah pertanian (62,7 persen), dan jasa (3,9 persen).
Dari komposisi volume usaha, sejumlah 99,85 persen volume usahanya di bawah Rp 1 milyar, 0,14 persen di antara Rp 1 milyar sampai Rp 50 milyar, dan 0,01 persen yang di atas Rp 50 milyar. Dari komposisi penyerapan tenaga kerja, kelompok pertama tersebut menyerap 88,66 persen, kelompok kedua menyerap 10,78 persen, dan yang ketiga menyerap 0,56 persen. "Bukankah aneh kalau kebijakan tidak menempatkan mayoritas pelaku usaha (ekonomi rakyat) di Indonesia dalam prioritas utama," kata Adi Sasono, Ketua Umum Perhimpunan Indonesia Bangkit.
Namun, dapat dimaklumi jika pada 16 Agustus lalu Presiden Megawati menyatakan bahwa wacana tentang pengertian, lingkup, dan isi konsep ekonomi kerakyatan atau ekonomi rakyat belum jelas benar. Lebih jauh Presiden mengajak untuk memantapkan terlebih dahulu pemahaman ekonomi rakyat terhadap hal-hal yang bersifat mendasar, sebelum menyosialisasikan konsep tersebut.
Jadi, tampak bahwa "kebingungan" tentang pengertian ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan tidak saja menghinggapi masyarakat dan para pelaku ekonomi, tetapi juga para penentu kebijakan hingga Presiden Megawati.
Dari situ muncul pertanyaan, apakah di tengah "kebingungan" tentang belum jelasnya pengertian ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan, lantas kita tidak membuat kebijakan-kebijakan yang memperhatikan ekonomi rakyat? Rasanya, hal itu absurd. Soalnya, ada tidaknya pengertian dan definisi baku tentang ekonomi rakyat, ia tetap bergerak dan bertahan menggerakkan roda perekonomian, meski berskala kecil.
Apakah di tengah "kebingungan" kita semua, lantas kita menyerahkan sepenuhnya kebijakan-kebijakan ekonomi sesuai dengan kehendak pasar global yang liberal? Padahal, kita pahami bahwa dalam pasar global, para pemilik modal besar telah banyak melakukan kegiatan spekulasi.
Data menunjukkan bahwa realitas perdagangan uang dunia telah berlipat sekitar 80 kali dibandingkan dengan sektor riil. Ini fenomena "keterkaitan" antara sebagian besar perputaran uang dengan arus barang dan jasa. Itu berarti telah terjadi secara global apa yang disebut bubble economy, di mana kegiatan ekonomi dunia didominasi oleh kegiatan spekulasi.
Perhimpunan Indonesia Bangkit mencatat, dalam satu hari sekitar 1-2 trilyun dollar AS dana spekulasi tersebut gentayangan mencari tempat yang paling menguntungkan di dunia. Dalam hitungan setahun arus uang berjumlah sekitar 250 trilyun dollar AS. Hanya sekitar lima trilyun arus barang dan jasa yang diperdagangkan. "Dengan desakan liberalisasi yang kita terima secara taken for granted maka pemanfaatan dana-dana spekulasi dalam kegiatan pasar modal dan uang semakin intensif," kata Adi Sasono yang mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Dengan begitu, pada negara-negara yang sektor moneternya (pasar uang dan modal) semakin terbuka, semakin berisikolah perekonomiannya terhadap segala gejolak ekonomi eksternal. Inilah yang terjadi di Indonesia.
Lebih sadis lagi, dampak yang tidak menguntungkan dari kondisi tadi adalah adanya ketergantungan ekonomi bangsa terhadap permainan pihak asing. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan WTO-sebagai instrumen liberalisasi-telah menjerumuskan negara-negara berkembang yang lemah ke dalam situasi ketergantungan yang lebih intensif kepada kekuatan ekonomi pihak asing.
Ketergantungan ini dimanifestasikan dalam bidang keuangan, perdagangan, dan teknologi. Khusus tentang Indonesia, ketergantungan yang diantisipasikan oleh Dos Santos (1970) akan langsung diderita rakyatnya. Pihak asing akan menentukan formulasi kebijakan ekonomi dan sosial Indonesia, termasuk struktur kekuasaannya. Kedua, penguasaan devisa akan kembali berada di tangan pihak asing dengan intensitas yang lebih tinggi. Ketiga, penguasaan unit-unit ekonomi dan aset di Indonesia oleh pihak asing akan bertambah intensif.
Yang dikhawatirkan Dos Santos telah terbukti. Gara-gara kita "kebingungan", perekonomian nasional diserahkan ke pasar yang liberal dan rakus: melalui IMF, lembaga-lembaga keuangan internasional, hingga bangsa-bangsa asing yang ingin mengisap kesuburan komparatif bangsa kita?
DALAM perkembangan belakangan ini-akibat liberalisasi ekonomi yang begitu dahsyat- ekonomi kerakyatan telah dituduh secara keliru sebagai buah pikiran yang tidak jelas dasar teorinya. Selain itu, ekonomi kerakyatan dianggap sebagai beban dan biang distorsi bagi kebijakan perekonomian nasional. Dalam konteks ini, catatan ini ingin mengemukakan tiga landasan teori ekonomi kerakyatan atau ekonomi rakyat yang didasarkan pada pengalaman empirik.
Pertama, validasi teori itu-kalau bersumber dari masyarakat yang berbeda-harus diuji terlebih dahulu, tidak bisa main paksa untuk diterapkan di suatu masyarakat yang berbeda konteksnya. Landasan teori ekonomi yang berkembang di fakultas-fakultas ekonomi saat ini merupakan mainstream economy yang didasarkan pada paradigma neo-klasik.
Teori itu lahir dan berkembang dengan latar Barat. Lebih tepat, semua teori harus bersumber dari realitas sejarah dan situasi kondisi suatu masyarakat atau suatu bangsa. "Sayangnya, yang berkembang selama ini di Indonesia adalah teori ekonomi aliran tertentu," kata Adi Sasono.
Selain banyak ketinggalan, kaku, dan ortodoks, aliran neo-klasik kelihatannya kurang memberikan ruang untuk perdebatan seru, atau tarik-menarik yang bisa melahirkan pemikiran alternatif baru yang cocok dengan konteks Indonesia.
Realitas empirik dari kekuatan ekonomi rakyat dapat dilihat dalam dinamika ekonomi riil masyarakat. Realitas menunjukkan bahwa ekonomi kerakyatan atau ekonomi rakyat merupakan kegiatan ekonomi yang menghidupi kita. Setiap hari yang kita hidangkan di meja makan adalah bahan-bahan hasil produksi rakyat. Beras sampai garam, sayur-mayur sampai bumbu, merupakan produksi perekonomian rakyat, bukan produksi ekonomi konglomerat.
Jadi, perekonomian rakyatlah yang menghidupi, dan menjadi pendukung kehidupan bangsa selama ini. Jika sekiranya perekonomian nasional terus-menerus menghadapi krisis, ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan akan masih bisa hidup, betapa pun subsistemik. Malah, sejak zaman perjuangan fisik melawan kolonial, ekonomi rakyat yang memberi makan pejuang kita.
Ekonomi rakyat pula yang membuat bangsa Indonesia mampu survive sampai memperoleh pengakuan kedaulatan. Dalam masa krisis sekarang, tatkala buruh-buruh sektor besar dan modern terkena PHK, mereka sebagian besar "diterima" dan "dihidupi" oleh ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat telah menjadi "penjaga gawang" dalam perekonomian nasional. Ekonomi rakyat telah menampung kesusahan-kesusahan dan beban ekonomi modern yang diwakili para konglomerat.
Landasan empirik lain dari wujud usaha ekonomi kerakyatan dapat dilihat dalam kegiatan usaha kecil dan koperasi. Usaha kecil dan koperasi sangat besar kontribusinya dalam perekonomian Indonesia, terutama jika dilihat dari aspek-aspek, seperti, peningkatan kesempatan kerja, sumber pendapatan, pembangunan ekonomi perdesaan, dan peningkatan ekspor nonmigas. Jumlah usaha kecil dan koperasi di Indonesia cukup besar dan bergerak di berbagai sektor ekonomi, serta tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam konteks ini perlu pula dibedakan apa itu ekonomi kerakyatan, perekonomian rakyat, dan pemberdayaan rakyat. Sebenarnya ekonomi kerakyatan adalah istilah yang relatif baru untuk menggantikan istilah ekonomi rakyat yang distigmakan negatif dan didiskriminasikan.
Stigma muncul karena ekonomi rakyat didikotomikan dengan ekonomi konglomerat, dan diskriminatif karena "dirancang" untuk terang-terangan memihak pada salah satu sektor tertentu: ekonomi rakyat yang lemah dan terpinggirkan. Jadi, yang banyak dipakai adalah ekonomi kerakyatan.
Terlepas dari pemakaian istilah ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan yang digunakan dalam wacana, yang jelas, ekonomi kerakyatan dapat didefinisikan sebagai sektor ekonomi yang berisi kegiatan-kegiatan ekonomi rakyat. Sementara itu, perekonomian rakyat adalah sistem ekonomi di mana rakyat dan usaha-usaha ekonomi kerakyatan berperan integral dalam perekonomian nasional: produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah kepemimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat, berdasarkan aturan bahwa Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung dalam Bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat.
Pemberdayaan rakyat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat, yang dalam kondisi sekarang, tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah upaya memampukan, memartabatkan, dan memandirikan rakyat.
Pelaku ekonomi kerakyatan ini pada umumnya tertinggal di dalam proses pencapaian keadaan yang sejahtera, adil, dan makmur. Pelaku ekonomi kerakyatan ini ada yang formal, ada yang informal. Yang formal dapat dilihat dari sisi legalitasnya, seperti, koperasi, usaha kecil, dan menengah yang memiliki surat izin atau semacamnya. Yang informal dapat dilihat dari sisi: tidak memiliki legalitas, misalnya para pedagang kaki lima dan pedagang informal. Mereka belum bebas dari kemiskinan, sementara arus revolusi teknologi informasi modern telah mendera mereka.

Tuesday, May 12, 2009

statistik

PENGUJIAN HIPOTESIS (SUGIYONO, 2007) STATISTIK NON PARAMETRIK

Untuk memilih uji yang tepat dalam pengujian hipotesis maka dapat dilihat seperti penjelasan di bawah ini(Sugiyono, 2007):
1. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk nominal, maka digunakan uji statistik:
a. Binomial
b. Coefisien Contingency satu sampel
2. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan uji statistik:
a. Run test
3. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk Interval atau Rasio, maka digunakan uji statistik:
a. t-tes
4. Untuk menguji hipotesis komparasi dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk Nominal, maka digunakan uji statistik:
a. Mc Nemar
5. Untuk menguji hipotesis komparasi dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan uji statistik:
a. Sign Test
b. Wilcoxon matched pairs
6. Untuk menguji hipotesis komparasi dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval atau rasio, maka digunakan uji statistik:
a. t-tes Related
7. Untuk menguji hipotesis komparasi dua sampel independent bila datanya berbentuk nominal, maka digunakan uji statistik:
a. Fisher exact probability
b. Chi kuadrat dua sampel
8. Untuk menguji hipotesis komparasi dua sampel independent bila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan uji statistik:
a. Median test
b. Mann-whitney u test
c. Kolmogrov Smirnov
d. Wald-wolfowitz
9. Untuk menguji hipotesis komparasi dua sampel independent bila datanya berbentuk interval atau rasio, maka digunakan uji statistik:
a. t-tes independent
10. Untuk menguji hipotesis komparasi k sampel berpasangan bila datanya berbentuk nominal, maka digunakan uji statistik:
a. Chocran Q
11. Untuk menguji hipotesis komparasi k sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan uji statistik:
a. Friedman Two-way Anova
12. Untuk menguji hipotesis komparasi k sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval atau rasio, maka digunakan uji statistik:
a. One way Anova
b. Two way anova


13. Untuk menguji hipotesis komparasi k sampel independent bila datanya berbentuk nominal, maka digunakan uji statistik:
a. Chi kuadrat k sampel
14. Untuk menguji hipotesis komparasi k sampel independent bila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan uji statistik:
a. Median Extension
b. Kruskal Wallis One Way Anova
15. Untuk menguji hipotesis komparasi k sampel independent bila datanya berbentuk interval atau rasio, maka digunakan uji statistik:
a. One way Anova
b. Two way anova
16. Untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk nominal, maka digunakan uji statistik:
a. Koefisien kotegensi
17. Untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan uji statistik:
a. Korelasi Spearman Rank
b. Korelasi Kendal Tau
18. Untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk inteval atau ratio, maka digunakan uji statistik:
a. Person Product moment
b. Partial Corelation
c. Multifle corelation
d. Simple Regressi

Sunday, May 10, 2009

ibu pertiwiku tercinta menangis

Banyak hal yang kita cermati akhir-akhir ini terjadi di tanah air kita, mulai dari kontroversi hasil pemilu caleg yang hampir setiap daerah mengalami kekisruhan, permasalahan DPT yang menjadi perdebatan panjang dikalangan elit parpol oposisi dengan parpol pemerintahan. hal tersebut merupakan risiko dari berdemokrasi. tetapi di indonesia kadang-kadang demokrasi cenderung kebablasan, contoh santer terjadi saat ini perbuatan kekuasaan (bagi-bagi kursi) di DRP, para elit kerap kali hanya mementingkan partainya saja tanpa pernah perduli kepentingan rakyat. rakayat tidak ambil pusing akan hal itu, masalahnya rakyat sudah jenuh terhadap sistem demokrasi indonesia yang tidak pernah memihak kepadanya. bayangkan seharusnya 10 tahun masa transisi dari orde baru menuju reformasi sepatutnyalah bangsa indonesia ini menjadi bangsa yang dewasa, elit-elitnya hendaknya bijaksana, masyarakat sudah sepatutnya menerima kesejahteraan yang dijanjikan dalam undang-undang dan GBHN dan hal tersebut merupakan semboyan dari demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. tetapi hasil pengamatan penulis sebagai orang awam selama ini, demokrasi hanya menjadi semboyan dari elit, oleh elit dan untuk elit.
satu hal yang menjadi renungan penulis, kenapa kok bangsa yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah dari sabang sampai marauke, memiliki sumberdaya manusia yang sangat banyak di akui dunia kepinterannya, masih saja menjadi bangsa yang tertinggal dan termiskin di asia setelah negara Timor Leste yang memang notabenenya anak dari bangsa indonesia dengan begitu banyak image buruk melekat kepadanya, bangsa yang tertinggi korupsinyalah didunia, bangsa yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi di Asia, bangsa dengan IPM nomor 2 terendah di ASIA.
setelah penulis merenung dan berkosultasi dengan beberapa tokoh sudah saatnyalah komponen bangsa indonesia ini berubah dari titik dasar nol menuju equaliberium yang diharapkan masyarakat, mari kita manfaatkan sumberdaya alam kita ini, usir antek-antek amerika dari bumi pertiwi kita tercinta, mari kita belajar menjadi raja di negeri kita sendiri, hilangkan sifat dengki di antara kita, sudahlah jangan saling menyalahkan di antara kita, panggil ahli-ahli kita diluar negeri yang sudah cukup banyak memperkaya negara orang, singkirkan orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri.............
Saya sebagai anak bangsa merasa sedih, pilu dan menangis ketika merenung apalagi yang mau dicari oleh orang-orang yang hanya berkedok di balik semboyan demokrasi, mulailah pikirkan nasib-nasib kami ini, pikirkan nasib-nasib generasi bangsa ini, ya sudahlah yang kalah pemilu janganlah mencari kesalahan-kesalahan yang menang. yang menang jangan hanya memikirkan kantongnya saja.....
hanya dengan itu saja bangsa yang kita cintai ini bisa lebih cerah, ibu pertiwi tidak menangis lagi, bagaimanapun kalau bukan kita yang membangun bangsa ini lalu siapa.....?

Meredeka Indonesiaku

Friday, May 8, 2009

Flu Babi

Flu Babi atau Swine Flu/Influenza adalah penyakit saluran pernafasan pada babi, yang disebabkan virus influenza jenis A. Virus flu ini menyebabkan kesakitan yang berat pada babi tetapi angka kematiannya rendah. Virus ini (type A H1N1 virus) pertama kali di isolasi dari babi pada tahun 1930.

Seperti semua virus influenza, virus flu babi berubah secara konstan. Babi bisa terinfeksi virus avian influenza (virus flu burung) dan virus flu manusia. Jika berbagai virus ini menyerang babi, maka virus ini akan mampu membentuk spesien2 virus baru, yang merupakan gabungan virus avian, manusia dan swine. Sampai saat ini sudah berhasil diisolasi sebanyak 4 sub-type A: H1N1, H1N2, H3N2, and H3N1. H1N1 merupakan virus jebis baru yang baru saja ditemukan pada babi.

Virus Swine flu sebetulnya secara normal tidak menginfeksi manusia. Namun secara sporadis dilaporkan adanya infeksi virus ini pada manusia seperti yang terjadi di US dan mexico. Seringnya orang yang terkena adalah orang2 yang bekerja pada peternakan/industri yang berhubungan dengan babi. Juga dilaporkan adanya penyebaran antar manusia.

Dahulu CDC menerima laporan hanya 1-2 kasus flu ini setiap 1 sampai 2 tahun. tetapi sejak Desember 2005 s/d Februari 2009, 12 kasus telah dilaporkan. Bahkan dalam bulan April 2009 dilaporkan terjadi kejadian luar biasa (out break)
Gejala swine flu pada manusia mirip dengan gejala virus influenza manusia berupa: demam, pegel2, lemes, hilang nafsu makan, dan batuk. Beberapa pasien yang terkena swine flu mengeluhkan pilek, sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare.

Virus swine influenza tidak ditularkan melalui makanan. Memasak makanan sampai suhu 160°F akan mematikan virus ini. Virus influenza bisa menular dari babi ke manusia atau sebaliknya. Infeksi pada manusia terjadi terutama jika berada dekat2 babi yang terinfeksi seperti berada dalam kandang babi dll. Infeksi dari manusia ke manusia lain juga bisa terjad, mirip sperti flu manusia, yaitu melalui bersin atau batuk. Bisa juga lewat sentuhan tangan, kemudian tangan tersebut menyentuh mulut atau hidung.

Untk mendiagnosis infeksi swine influenza, dibutuhkan koleksi spesimen dari saluran nafas dalam 4-5 hari pertama. Spesimen ini8 kemudian diperiksakan di Laboratorium.

Ada 4 macam obat antivirus yang beredar di USuntuk mengobati influenza: amantadine, rimantadine, oseltamivir san zanamivir. Pada umunya virus swine influenza masih mempan dengan obat2 ini. Tetapi hasil isolasi virus swine terbaru dari manusia didapatkan resisten terhadap amantadine dan rimantadine. Sehingga saat ini obat yang dianjurkan untuk mengobati serta mencegah swine influenza adalah oseltamivir atau zanamivir.

Untuk pencegahan BACA INI
Sumber CDC

Wednesday, May 6, 2009

Hasil Penelitian tentang hubungan antara sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, untuk mencapai keadaan ini maka jelas bahwa pembangunan kesehatan merupakan salah satu bidang yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan yaitu tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dengan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai Indonesia sehat 2010, pemerintah menetapkan beberapa program jangka panjang dibidang kesehatan, antara lain yaitu perbaikan kualitas lingkungan dan kawasan yang dapat menjamin kesehatan masyarakat. ( Depkes RI, Dirjen PPM&PL, 1999 ).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan yang semula dititik beratkan pada upaya penyembuhan penderita dan kemudian berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh menyangkut upaya peningkatan kesehatan ( promotif ), pencegahan penyakit ( preventif ), penyembuhan penyakit ( kuratif ) dan pemulihan kesehatan ( rehabilitatif ) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
( UU No. 23 Tahun 1992 ).
Menurut H.L Bluum, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 ( empat ) faktor utama, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Keempat faktor tersebut berintergrasi dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya dan populasi sebagai satu kesatuan. Dan faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan. ( Asrul Azwar, 1990 ).
Media lingkungan yang baik bagi penyebaran berbagai pollutan berupa bahan mikrobial misalkan kuman-kuman penyakit maupun juga berbagai pollutan pencemaran lainnya dari segi fisik maupun kimia yang semuanya memberikan efek penyakit pada manusia adalah lingkungan rumah tinggal.
Lingkungan ialah tempat pemukiman dengan segala sesuatunya, dimana orgainisme itu hidup beserta segala keadaan dan kondisinya, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. (Asrul Azwar, 1979 ).
Lingkungan biasanya menentukan atau tidaknya seseorang berhubungan dengan bakteri, virus, dan parasit yang bisa menimbulkan penyakit seperti diare, cacingan, dan beberapa penyakit lainnya yang menyebabkan kematian. Beberapa penyakit yang disebabkan tingkat kesehatan lingkungan yang tidak memadai antara lainnya ialah penyakit malaria.
Dari sekian banyaknya program pemberantasan penyakit menular salah satunya adalah pemberantasan penyakit malaria. Karena penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil, serta dapat menurunkan produktifitas kerja. ( Dep Kes RI Dijen PPM&PL, 2003 ).
Sejak tahun 1968, upaya pemberantasan penyakit malaria telah diintegrasikan kedalam sistem kesehatan yang ada. Di mana pelaksanaan operasional diselenggarakan oleh Puskesmas dan jajaran lainnya di Kecamatan dan di tingkat Desa dengan bantuan dan bimbingan dari Kabupaten dan Propinsi. Hasil pemberantasan malaria sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lainnya tergantung dari faktor antara lain ; kualitas dan kuantitas tenaga di Kabupaten dan Puskesmas, situasi Bio-Geografis vektor malaria dan sebagainya. ( Dep kes RI Dirjen PPM&PL 2003 ).
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian malaria dilaksanakan melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi ; diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilens dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria. (Dep kes RI Dirjen PPM&PL 2003 ).
Di Propinsi Nusa Tenggara Barat dari penyebaran penyakit malaria di semua wilayah pengunungan dan dataran rendah, penyakit malaria paling banyak ditemukan di daerah pantai dan daerah pedalaman
( pengunungan dan transmigrasi ). Hal ini disebabkan adanya tempat perkembangan nyamuk Anopheles sebagai vector penyakit malaria yang berada disekitar permukiman penduduk. Tempat - tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles yang paling disenangi antara lain; Lagun, Muara sungai, dan rawa-rawa di daerah pantai, serta genangan-genagan air sungai yang mengalir di daerah pegunungan.
Beberapa daerah di Propinsi Nusa Tenggara Barat khususnya Kabupaten Lombok Tengah merupakan daerah endemis malaria, karena daerah tersebut memiliki tempat-tempat perindukan yang sangat potensial bagi vector pembawa penyakit untuk berkembang biak. Adanya lagun-lagun di sepanjang pesisir pantai dan aliran-aliran sungai di pegunungan merupakan tempat-tempat perindukan yang sangat pontensial.
Berdasarkan data Annual Malaria Incidence ( AMI ) Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat,. kasus malaria mengalami kenaikkan dari tahun 2006 sampai dengan 2007. Pada tahun 2006 jumlah AMI sebesar 19,25 0/00 dan tahun 2007 naik menjadi 21,3 0/00. Sedangkan apabila kasus malaria dilihat per Kabupaten kasus malaria di Kabupaten Lombok Tengah mengalami kenaikkan, pada tahun 2006 dengan AMI sebesar 4,794 0/00 sedangkan tahun 2007 naik sebesar 5,7 0/00.
Berdasarkan hasil rekapitulasi laporan bulanan penemuan dan pengobatan penderita malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah tahun 2007 diperoleh data bahwa dari seluruh Desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah kasus malaria tertinggi di Desa Kuta Kecamatan Pujut dengan Annual Malaria Incidence ( AMI ) 64.1 0/00, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di Kabupaten Lombok Tengah sebesar 5,7 0/00. Sedangkan kasus malaria terendah terdapat di Desa Bilebante dengan Annual Malaria Incidence ( AMI ) 10,5 0/00. Jumlah sediaan darah Puskesmas Kuta yang diambil untuk Pemeriksaan Sediaan Darah ( PCD ) sebanyak 765, Slide Positif Rate ( SPR ) adalah 74 ( 9,7 % ).
Mengigat hal tersebut diatas maka diperlukan upaya pencegahan terhadap penyakit malaria, melihat kondisi tersebut maka penulis ingin melihat “Hubungan sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah yaitu :
1) Cakupan penemuan dan pengobatan penderita malaria di Desa Kuta masih cukup tinggi dengan AMI 64,1 0/00 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di Kabupaten Lombok Tengah sebesar 5,7 0/00. Sedangkan kasus malaria terendah terdapat di Desa Bilebante dengan Annual Malaria Incidence ( AMI ) 10,5 0/00.
2) Jumlah sediandarah Puskesmas Kuta yang diambil untuk pemerikasaan sediandarah ( PCD ) sebanyak 765. Slide Positif Rate ( SPR ) adalah 74 ( 9,7 % ).
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis akan membatasi penelitian tentang “ hubungan sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 ”.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan masalah yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 ”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008.
b. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai.
b. Mengidentifikasi kejadian kasus malaria
c. Menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa Kuta Kecamtan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Mendapat tambahan ilmu dan pengetahuan, pengalaman serta kajian ilmiah dari peneliti sendiri
b. Bagi Masyarakat
Dapat mengerti faktor yang pempengaruhi timbulnya kejadian malaria dan langkah-langkah apa yang bisa diambil dalam menyingkapi terjadinya kasus malaria.
c. Bagi Instansi Terkait
Sebagai sumbangan pikiran untuk memberikan informasi untuk pengambilan kebijakan kepada masyarakat dalam hal penanganan penyakit malaria, peremajaan lingkungan permukiman dan program masyarakat lainnya.
d. Bagi Fakultas
Diharapkan mejadi masukan yang berguna dalam pengembangan program, memperoleh gambaran situasi di masyarakat serta masalah-masalah yang timbul dan dapat memberikan sumbangan saran maupun tindakan.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sanitasi Lingkungan Rumah
1. Pengertian Sanitasi
Pengertian sanitasi menurut WHO ( 1965 ) adalah suatu usaha untuk mengendalikan beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia terutama hal-hal yang dapat merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.
Sedangkan pengertian lain dari sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia ( Azwar, 1990 ).
2. Pengertian Perumahan
Dalam buku “ The Lexicon Webster Dictionary “ yang terjemahannya sebagai berikut, perumahan adalah suatu keadaan atau tempat dimana manusia dapat menetap atau tinggal pada kedudukan yang tepat sehingga ia dan keluarganya dapat berkembang secara harmonis dalam kondisi yang menguntungkan. ( Djasio Sanropie, dkk, 1984 ).
3. Pengertian Rumah Sehat
Pengertian rumah sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ( Suharmadi, 1985 ).
Rumah bagi manusia mempunyai arti yang sangat penting, sehingga rumah sering disebut sebagai kebutuhan pokok manusia. Rumah bagi manusia mempunyai beberapa arti, yaitu : ( Azwar, 1990 )
a. Sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah lelah melaksanakan kewajiban sehari-hari.
b. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap keluarga yang ada.
c. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari kemunginan bahaya yang datang mengancam.
d. Sebagai lambang status yang dimiliki dan dirasakan hingga saat ini.
e. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki terutama msih dijumpai pada masyarakat pedesaan.
f. Dalam kaitan ini rumah juga dapat dirasakan sebagai modal, yang jika keadaan memaksa dapat dijual untuk menutupi kebutuhan lain yang dianggap lebih utama.
g. Dan lain sebagainya, yakni jika ditinjau dari segi kesehatan lingkungan, maka hal yang paling penting adalah yang menyangkut arti pertama, kedua dan ketiga.
Untuk itu rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga ketiga arti ini dapat terpenuhi secara optimal.
4. Pengertian Sanitasi Perumahan
Dengan memperhatikan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sanitasi perumahan menurut penulis adalah sebagai berikut : Sanitasi perumahan adalah suatu usaha mengendalikan keadaan rumah agar tidak menimbulkan gangguan perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup penguni rumah atau kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, yang diduga menjadi mata rantai penularan penyakit dan mempengaruhi kesehatan manusia.
5. Syarat Rumah Sehat
Syarat-syarat rumah sehat menurut Suyono ( 1985 ) adalah rumah yang mempunyai persyaratan antara lain yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain :
1) Pencahayaan yang baik, baik cahaya alam mamupun buatan.
2) Cukup tempat bermain bagi anak-anak.
3) Ventelasi yang memenuhi persyaratan untuk penggantian udara dalam ruangan.
4) Letak rumah jauh dari sumber pencemaran.
b. Memenuhi kebutuhan pisikologis antara lain :
1) Cukup nyaman bagi masing-masing penghuninya.
2) Tiap anggota keluarga terjamin ketenangan dan kebebasannya.
3) Mempunyai jamban dan kamar mandi tersendiri.
4) Letak rumah tidak jauh tempat ibadah dan tempat-tempat lainnya.
c. Mencegah penularan penyakit antara lain :
1) Tersedianya air bersih yang mencukupi dan memenuhi syarat kesehatan.
2) Tidak memberi kesempatan nyamuk, lalat, tikus dan kecoa bersarang didalam dan diluar rumah.
3) Pembuangan sampah terdapat sistem tempat pembungan sampah sementara yang memenuhi syarat.
4) Pembungan kotoran atau tinja dan air limbah dalam suatu sistem salauran dan penampungan tertutup.
5) Ukuran rungan tidur disesuaikan dengan jumlah penghuninya
6. Fakator-faktor yang mempengaruhi santitasi perumahan
Masalah penyehatan lingkungan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, melainkan masyarakat lebih banyak berperan serta untuk menanggulanginya. Oleh karena itu langkah-langkah yang yang diambil untuk pemecahan masalah selalu melibatkan peran serta masyarakat. ( Djasio Sanropie, dkk, 1989 ).
Keadaan perumahan umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1) Faktor lingkungan di mana masyarakat itu berada, baik lingkungan fisik, biologis, ataupun sosial.
2) Tingkat perekonomian masyarakat, ditandai dengan pendapatan yang dipunyai, tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan atau dibeli dan lain sebagainya.
3) Kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan.
4) Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan yang menyangkut tata guna tanah, program perumahan yang dimiliki dan lain sebagainya. ( Azrul Azwar, 1979 ).
7. Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal
Menurut Permenkes No. 829 / Menkes / SK / VII / 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal adalah sebagai berikut :
1) Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
a) Debu total tidak lebih dari 180 µg/m3
b) Abses bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam
c) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mokroorganisme pathogen.
2) Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan bilogis sebagi berikut :
a) Lantai kedap air, mudah dibersihkan
b) Dinding
I. Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana vetelasi untuk pengaturan sirkulasi udara.
II. Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
c) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
d) Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir.
e) Ruang didalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, ruang bermain anak-anak.
f) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3) Pencahayaan
Pencahayaan alami dan atau bantuan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux.
4) Kualitas udara
Kualitas udara didalam rumah tidak memelebihi ketentuan sebagai berikut :
a) Suhu udara berkisar antara 18-30 OC
b) Kelembaban udara berkisar antara 40-70 %
c) Konsentarasi gas SO2 tidak melebihi 100 ppm/ 8 jam
d) Pertukaran udara sama dengan 5 kaki kubik per menit per penghuni
e) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/ 8 jam
f) Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
5) Ventilasi
Syarat-syarat ventilasi yang baik :
a) Luas lubang ventilasi minimum 10 % dari luas lantai ruangan ( 5 % ventilasi yang tetap, 5 % incidental ).
b) Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak tercampur oleh asap, debu dan lain-lain.
c) Aliran udara diusahakan “ cross ventilation ” dengan menempatkan lubang udara berhadapan antara 2 dinding ruangan.
d) Ventilasi alam dengan mengandalkan pergerakkan udara bebas, yang diperoleh dengan pengaturan udara bersih bagi penghuni berdasarkan jenis dan kapasitas ruang berbeda satu sama lainnya seperti dikemukakan oleh para ahli WHO ( 1979 ).
6) Binatang Penular Penyakit, tidak ada tikus bersarang didalam rumah
7) Air
a) Tersedia sarana air bersih dengan kapasiotas minimal 60 lt/ hr / org
b) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air minum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
8) Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman

9) Limbah
a) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap tanah serta air tanah.
10) Kepadatan Hunian Ruang Tidur
Kepadatan hunian ruang tidur minimal 8 m dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur.
8. Aspek-Aspek Sarana Sanitasi Perumahan di Pedesaan
1) Sarana Pembuangan Kotoran Manusia
Sarana pembuangan kotoran manuisia adalah sarana untuk membuang kotoran manusia seperti WC, kakus dan sebagaimya. Pembuangan kotoran yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan penularan penyakit.
Adapun syarat-syarat pembunganan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan menurut Ehlers dan Steel adalah sebagai berikut :
a) Tidak boleh mengotori tanah permukaan.
b) Tidak boleh mengotori air permukaan.
c) Tidak boleh mengotori air dalam tanah.
d) Kotoran tidak boleh terbuka.
e) Kakus harus terlindung dari penglihatan.
f) Pembuatannya mudah dan murah.
g) Tidak tejangkau oleh serangga dan binatang pengganggu.
Karena dalam praktek sehari-hari kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama dengan pengolahan air limbah. Oleh karena itu berbagai tehnik pengolahan air limbah dapat diterapkan pada pengolahan kotoran manuia, demikian pula syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembungan air limbah.
Yang agak berbeda adalah karena ada pembaungan kotoran manusia dikenal bangunan kakus yakni tempat yang dipakai oleh manusia untuk membuang hajatnya.
Adapun syarat-syarat yang harus dipengaruhi dalam mendirikan bangunan kakus ini adalah :
a) Harus ditutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari panas dan hujan serta terjamin privacynya. Dalam kehidupan sehari-hari dipenuhi dalam bentuk mengadakan ruangan sendiri untuk kakus dirumah ataupun mendirikan rumah kakus dipekarangan.
b) Bangunan kakus ditempatkan dilokasi yang tidak sampai mengganggu pemandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya berbagai macam binatang penularan penyakit.
c) Bangunan kakus mempunyai lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak yang kuat, terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model cemplung.
d) Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan pada sumur penampung dan atau sumur rembesan yang terutama disyaratkan jika mendirikan kakus model pemisah bangunan kakus dengan tempat penampungan atau perembesan.
e) Menyediakan air pembersih yang cukup sdemikian rupa sehingga dapat segera dipakai setelah membuang kotoran.
( Azwar, 1983 : 76 ).
2) Sarana Pembuangan Sampah
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak menggangu kelangsungan hidup ( Soeparlan; Pedoman Pengawasan STTU ).
Dalam ilmu kesehatan keseluruhan benda-benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang disebut benda-benda sisa atau bekas ( wastes ), air limbah dan air bekas ( swage ) termasuk pula kedalamnya ( Soeparlan ; Sanitasi tempat-tempat umum ).
Dari sudut ini dijelaskan jika mebicarakan sampah ( refuse ), maka pemeliharaan tersebut bersifat terbata. Karena kotoran manusia ( human wastes ) serta air limbah ( swege ) tidak temasuk sampah.
Disini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ( refuse ) adalah sebagian dari segala sesuatu yang tidak dipakai, yang pada umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia ( termasuk kegitan industri ), tetapi bukan biologis karena kotoran manusia tidak termasuk didalamnya. ( Azwar, 1983 : 54 ).
Adapun bahaya atau gangguan yang dapat dotimbulkan oleh sampah antara lain :
a) Dapat mencemari sumber air.
b) Dapat menimbulkan kebakaran.
c) Dapat menimbulkan kecelakaan misalnya, kena pecahan kaca, paku, dan lain-lain.
d) Dapat menjadi sarang nyamuk, lalat, tikus, kecoa dan jasad-jasad renik yang dapat menjadi perantara atau sumber penyakit.
e) Dapat menggangu keindahan.
f) Dapat menyebabkan pencemaran udara, misalnya bau yang busuk, asap dan lain-lain.
g) Dapat merusak bangunan, menyumbat saluran air hujan dan got sehingga dapat menimbulkan banjir.
Sedangkan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh sampah antara lain :
a) Penyakit yang disebabkan oleh tikus seperti pes, demam dan lain-lain.
b) Penyakit yang disebabkan oleh lalat seperti typus, dysentri dan patek dan lain-lain.
c) Penyakit yang disebabkan oleh kecoa seperti diare, typus, dysentri dan penyakit perut.
d) Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk seperti demam berdarah, malaria dan lain-lain.
e) Penyakit yang disebabkan oleh cacing seperti kecacingan, penyakit kulit dan lain-lain. ( Soewedo Hadiwiyoto, penanganan dan pemanfaatan sampah ).
Oleh karena itu syarat-syarat tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan antara lain :
a) Bak sampah terbuat dari bahan kedap, diberi tutup dan mudah dibersihkan.
b) Bak sampah terbuat dari tong atau drum diberi tutup dan mudah dibersihkan.
c) Dengan menggunakan kantong plasti.
d) Dengan menggunakan sistem galian tanah.
3) Sarana Penyediaan Air Bersih
Manusia tidak dapat hidup tanpa air, ini diperlukan untuk minum, memasak, mandi, memembersihkan dan untuk keperluan-keperluan lainnya. Untuk semua itu diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik secara kuantitas maupun kualitas. Adapun syarat tersebut menerut Peraturan Menkes Nomor 416/Menkes/SK/VII/1990 sebagai berikut :
1. Syarat Kualitas
Air yang baik harus memenuhi syarat kesehatan seperti syarat fisik, kimia dan bakteriologi.
a. Syarat Fisik
Air harus memenuhi syarat harus tidak bau, jumlah zat padat /kadar maksimal yang diperbolehkan ( TDU) harus 1.500 mg/L, tidak berbau, keruh dan tidak berasa, suhu air yang harus diperbolehkan maksimal ± 30C dan tidak berwarna.
b. Syarat Kimia
Yaitu air yang tidak boleh mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan antara lain :
1) Kimia Anorganik
a) Air Raksa ( Hg ) kadar maksimal yang dapat diperbolehkan 0,001 mg/L.
b) Arsen ( AS ) kadar yang perbolehkan 0,05 mg/L.
c) Besi ( Fe ) kadar maksimal yang diperbolehkan 1,0 mg/L.
d) Kesadahan ( CaCo ) kadar maksimal yang diperbolehkan 500 mg/L.
e) Seng (Zn ) kadar maksimal yang diperbolehkan 15 mg/L


2) Kimia Organik
a) Aldrin dan dieldrin kadar maksimal yang diperbolehkan 0,0007 mg/L.
b) Benzene kadar maksimal yang diperbolehkan 0,01 mg/L.
c) Pestisida total kadar maksimal yang diperbolehkan 0,10 mg/L.
d) 2,4,6-trichlorophenol kadar maksimum yang diperbolehkan 0,01 mg/L.
e) Zat organik ( Kmno4 ) kadar maksimal yang diperbolehkan 10 mg/L.
c. Syarat Bakteriologi
Pada penyehatan mikrobiologik ini total kolifom pada air ( MPN ) kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 50 per 100 ml ( bukan air perpipaan ), 10 per 100 ml ( air perpipaan ).
d. Syarat radio Aktivitas
1) Aktivitas Alpha ( Gross Alpha Activity ) kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0,1bq/L.
2) Aktivitas Beta ( GrossBeta Activity ) kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 1,0 bq/L.
(Peraturan Menkes RI No. 416 / MENKES / PER / IX / 1990 ).

e. Sumber Air Bersih
Air bersih bisa berasal dari dalam tanah dan air permukiman. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam. Air ini sangat bersih karena bebas dari pengotoran. Yang termasuk dalam air dalam tanah adalah sumur dan mata air, oleh karena itu syarat-syarat sumur yang baik untuk mendapatkan air bersih tersebut adalah seperti dibawah ini :
1) Jarak tidak kurang dari 10 meter dari sumber cemaran.
2) Dibuat ditempat yang ada airnya.
3) Dinding sumur dibuat dengan kedalaman 3 meter dari permukaan tanah dibuat dari tembok yang tidak tembus air.
4) Dibawahnya dengan jarak 1,5 meter dibuat dari bata yang tidak diberi spasi.
5) Kedalaman sumur harus mencapai kedalaman tanah yang mengandung cukup air di waktu musim kemarau.
6) Di atas tanah dibuat bibir sumur yang berasal dari tembok yang kedap air minimal 70 cm.
7) Lantai sumur dibuat dari bahan yang kedap air dengan lebar 1,5 meter dari dinding sumur.
2. Syarat Kuntitas
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita di Indonesia diperlukan untuk pedesaan 100 liter per hari perkapita ( Djasio Sanropie. 1984 ).
4) Sarana Pembuangan Air Limbah
Yang dimaksud dengan air limbah atau air kotor adalah air yang becampur dengan zat-zat padat ( dissolvet dan suspended ) yang berasal dari pembuangan limbahrumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri. ( Depkes RI pedoman bidang study pembuangan tinja dan air limbah ).
Jadi air limbah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Air limbah yang berasal dari rumah tangga.
b) Air limbah yang berasal dari industri atau perusahaan.
Dengan demikian penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan dengan adanya air limbah yang tergenang antara lain :
a) Penyakit malaria.
b) Diare dan penyakit perut.
c) Kecacingan dan penyakit kulit
d) Filariasis ( penyakit kaki gajah ).
Tujuan pengaturan pembuangan air limbah yaitu :
a) Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga.
b) Menjaga makanan kita misalnya sayuran yang dicuci dengan air permukaan.
c) Perlindungan ikan yang hidup dalam kiolam atau kali.
d) Menghindari air dari tanahpermukaan.
e) Perlindungan air untuk ternak.
f) Menghilangkan tempat berkembang biaknya suatu bibit penyakit seperti caning, dan vektor penyebab penyakit ( nyamuk dan lalat ).
g) Menghilangkan bau-bauan dan pemandangan yang tidak sedap.
Tempat pembuangan air limabah harus memenuhi persyaratan antara lain :
1. Membuat saluran yang dialirkan ke selokan
2. membuat saluran yang dialirkan ke lubang penampunganatau lubang peresapan.
Dua hal tersebut di atas bertujuan agar :
1. Tidak mencemari sumber air bersih.
2. Tidak menimbulkan genangan air.
3. Tidak menimbulkan bau dan lain-lain. (Depkes RI,1989 ).
Yang terpenting dalam pembuatan sarana pembuangan air limbah adalah dengan mengusahakan agar sarana tersebut tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan becek hal ini dapat diwujutkan dengan membuat drainase disekitar rumah yang dialirkan ke selokan, lubang peresapan atau untuk mengaliri tanaman.

B. Malaria.
1. Definisi Penyakit Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk malaria dapat menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur, mulai dari bayi, anak-anak sampai orang dewasa.
Penderita malaria dapat dikenal melalui gajala-gejala klinis sebagai berikut :
a. Gejala utama : Demam dan menggigil.
b. Gejala lain yang mungkin ditemukan : Sakit kepala dan sakit pinggang, perasaan mual dan muntah, badan terasa lemah dan pucat karena darah kurang, serangan demam dapat terjadi berulang-ulang ( Depkes RI, 1990 ).
2. Jenis Parasit Malaria
Agent penyebab adalah parasit dari genus Plasmodium Familia Plasmodiidae, Ordo Coccidae. Sampai saat ini dikenal ada empat macam Plasmodium, yaitu :
a. Plasmodium Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika yang sering menyebabkan malaria berat / malaria otak yang fatal, gejala serangannya timbul berselang setiap dua hari ( 48 jam ) sekali.
b. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala serangannya timbul berselang setiap tiga hari ( 72 jam ) sekali.
c. Plasmodium Malariae, penyebab bul penyakit malria quartama yang gejala serangannya timbul bselang setiap empat hari sekali.
d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, umumnya banyak di Afrika dan Pasif Barat.
Seseorang penderita dapat ditulari lebih dari satu jenis Plasmodium,biasanya infeksi semacam ini disebut infeksi campuran ( Mixed Infection ). Tapi umumnya paling banyak hanya dua jenis parasit, yaitu : campuran antara Pl. Falciparum dengan Pl. Vivax atau Pl. Malariae. Campuran tiga jenis parasit jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terjadi pada daerah yang angka penularanya tinggi. Lebih kurang 98 % dari sedian darah positif yang di temukan adalah spesies Pl. Vivax dan Pl. Falcifarum sehingga pada pemeriksaan sediaan darah, pandangan dapat diarahkan pada kedua jenis tersebut ( Depkes RI, 2001 ).
3. Siklus Hidup
Untuk kelangasungan hidupnya parasit malaria memerluka dua macam siklus aseksual dalam manusia dan siklus seksual dalam tubuh nyamuk.
a. Siklus aseksual dalam badan manusia.
1) Siklus dari luar sel darah merah / eksoeritrositer yang berlangsung dala hati dan terbagi lagi dalam fase eksoeritrositer primer dan fase eksoeritrosit sekunder hanya terdapat pada plasmodiumi vivax dan plasmodium ovale adalah suau fase dari siklus hidup parasit yang dapat menyebabkan kambuh atau rekurensi ( long term relapse ).

2) Siklus didalam sel darah merah / ertrositer yang terbagi dalam.
a. Fase Sisogoni yang menimbulkan demam
b. Fase gametogami yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit bagi nyamuk malaria. Kambuh pada plasmodium falceparum disebut rekrudensi ( short term relapse ) penyebabnya adalah bentuk parasit dalam darah yang belum terbunuh semuanya oleh obat-obat anti malaria.
b. Siklus seksual dalam tubuh nyamuk.
Siklus ini juga disebut siklus sporogoni karena mengahsilkan sporosit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kebadan manusia.
1) Sporosit
Siklus ini dimulai pada saat nyamuk anopheles betina menggigit manusia bersamaan dengan air liur nyamuk masuk sporosit yakni bentuk infektif dari parasit malaria, kedalam darah manusia. Sporosit hanya berada dalam darah sekitar 30 menit, kemudian masuk kedalam hati dan menjalani fase eksositrositer primer.
2) Fase eksoeritrositer primer
Kemudian sporosit menjalani fase sisogami yang mengahsilkan merosit eksoeritrositer sekunder.


3) Fase eksoeritrositer sekunder
Kriptosoitmegalami sisogoni yang menimbulkan merosoit yang disebut meta kriptosoit yang akan menyerang sel darah merah
4) Troposoit darah
Kriptosoit atau meta kriptosoit yang masuk ke sel darah merah adalah troposoit. Selanjutnya inti troposoit membelah menjadi dua, empat, dan seterusnya. Inti yang telah membelah ini mengubah troposoit menjadi sison.
5) Sison
Sison bertambah besar, demikian juaga dengan intinya, sehingga mengisi sebagian besar sel darah merah dan disebut juga sison dewasa. Sison dewasa terus berkembang serta bagian-bagian intinya bertambah jelas. Ketika sel darah merah pecah bagian-bagian inti dari sison disebut merosoit.
6) Merosit
Merosoit-merosoit tersebut akan menyerang bagian sel darah merah dan mengulangi fase sisogoni, sebagian dari merosoit tidak masuk dalam fase sisogoni tapi mengalami fase gametogoni yakni fase untuk menentukan sel kelamin jantan dari betina.
7) Gametosit
Hsil dari fase gametogoni adalah mikrogametosit atau sel kelamin jantan dan makrogametosit atau sel kelamin betina. Apabila darah manusia dihisap oleh nyamuk, semua bentuk parasit malaria seperti troposoit, sison dan gametosoit akan masuk kedalam lambung nyamuk, troposoit dan sison akan hancur, sedangkan gametrosit akan meneruskan siklus sporogoni. Untuk plasmodium falciparum tidak mengalami fase eksoeritrositer sekunder. ( Malaria Epdeminologi Depkes. RI, 1983 ).
4. Gejala klinis
Secara klinis gejala dari penyakit malaria terdiri dari bebrapa serangan demam interval tertentu ( paroksisme ) yang diselingi oleh suatu periode ( periode laten ) dimana penderita bebas sama sekali bebas dari demam. Sebelum demam penderita biasanya merasa lemah, sakit kepala, tidak nafsu makan, enek dan muntah.
Suatu paroksisme biasanya terdiri dari atas tiga stadium yang berurutan yaitu :
a. Stadium Dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin, gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia, nadi cepat dan lemah, bibir dan jari-jarinya pucat kebiru-biruan atau sianotik, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang.


a. Stadium Demam
Setelah merasa dingin, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar. Nadi menjadi kuat lagi, biasanya penderita sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41 OC atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Demam disebabkan oleh pecahan sison darah yang telah matang dan masuknya merosoit darah kedalam aliran darah.
Serangan demam diikuti oleh priode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan kemudian timbul pada penderita relapse yang timbul ( yang disertai parasitemia ) dalam waktu 8 minggu setelah serangan pertama disebut rekrudensi atau short term relapse. Bila timbulnya setelah 24 minggu atau lebih disebut rekurensi atau long term relapse.
a. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah, suhu tubuh menurun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya tidur nyenyak dan pada saat bangun dari tidur merasa lemah, tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam.
Gejala klinis yang berat biasnya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parsit ( bentuk troposit dan sison ) untuk berkumpul pada pembuluh darah, organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tertentu ( Rampengan dan Lourentz, 1993 ).
C. Host Penyakit Malaria
a. Manusia ( Host Intermediate )
Secara umum dapat dikatakan bahwapadasetiaporang dapat terkena malaria.
Faktor- faktor yang berpengaruh pada manusia adalah :
1) Ras atau Suku Bangsa
2) Kurangnya suatu Enzim tertentu
3) Kekebalan / imunitas :
a. Kekebalan alamiah ( Natural Imunity )
b. Kekebalan yang didapat ( Actife Imunity )
c. Kekebalan pasif ( Passive Imunity )
4) Umur dan jenis kelamin
b. Nyamuk Anopheles ( Host Desfinitive )
Hanya nyamuk Anopheles betina yang menghisap darah, darah ini diperlukan untukpertumbuhan telurnya.
1) Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria. Secara singkat dikemukakan beberapaperilaku nyamuk yang penting :
a. Tempat hinggapatau istirahat
- Eksofilik : nyamuk nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat diluar rumah.
- Edofilik : nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat didalam rumah.
b. Tempat menggigit
- Eksofogik: lebih suka menggigit diluar rumah
- Endofogik: lebih suka menggigit didalam rumah
c. Obyek yang digigit
- Antrofofilik: lebih suka menggigit manusia
- Zoofilik: lebih suka menggit hewan
2) Faktor yang lebih penting
a. Umur nayamuk ( Longevity ) semakin panjang umur nyamuk maka semakin pajang kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor malaria.
b. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosis
c. Frekuenasi menggigit manusia
d. Siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur.
Jenis anopheles di Indonesia lebih dari 90 macam. Dari sekian jenis, hanya beberapa yang mempunyai potensi untuk menularkan malaria ( vektor atau tersangka vektor ).



D. Tempat Berkembang Biak Nyamuk
Tempat berkembang biak nyamuk Anopheles adalah pada genangan air. Pemilihan tempat peletakan telur yang kemudian akan menetas menjadi jentik dilakukan oleh nyamuk betina dewasa.
a. Tempat air yang besar dan sedang
1. Genangan air sementara atau tertutup
Air tawar atau air payau dan salah satu tempat yang disenangi adalah lagun. Lagun adalah tempat berkembangbiakannyamuk khususnya nyamuk malaria pada genangan air yang bersifat sementara atau tetap air tawar atau air payau umumnya terletak dipesisir pantai.
Ciri dan sifat lagun secara umum sebagai salah satu tempat perkembangbiakan nyamuk malaria.
a) Dasar tempat lagun
Dasar tempat lagun juga merupakan pilihan bagi nyamuk betina dewasa dalam meletakan telur-telurnya. Dasar lagun yang sebagian besar tanah tetapi ada juga sedikit pasir.
b) Luas permukaan lagun
Hal ini berhubungan dengan panjang dan lebar genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk malaria serta tindakan pemberantasan yang akan dilakukan.
c) Kedalaman lagun
Biasanya tidak pernah diukur berskala tapi kedalaman lagun erat hubungannya dengan volume air dan cara pemberantasan jentik.
d) Aliran air lagun ( terbuka atau tertutup )
Secara alami aliran air lagun langsung mengarah ke air laut tetapi ada juga bergenang dan iru terjadi tergantung musim.
e) Kejernihan air lagun
Biasanya tergantung musim ada yang jernih dan ada yang keruh.
f) Pencahayaan ( terlindung atau terbuka )
Adanya perbedaan iklim antara satu daerah dengan daerah yang lainnya menyebabkan tidak semua lagun yang pencahayaannya sepanjang hari. Oleh karena itu, jenis-jenis nyamuk tertentu suka berkembang biak pada genangan-genangan air terbuka, karena sinar matahari atau pencahayaannya langsung dan ada pula jenis-jenis nyamuk yang suka berkembang biak pada genangan-genangan air yang terlindungi yang tidak terkena cahaya matahari.
g) Lama genangan air lagun ( permanen dan semipermanen )
Hal ini tergantung pada musim tetapi ada juga yang permanen. Lama genagan air menentukan jenis-jenis jentik dan jumlah jentik yang ditemukan.
h) Air tawar atau air payau
i) Derajat keasaman air
j) Jenis-jenis tumbuhan air pada lagun
Jenis-jenis tumbuhan air yang ditemukan pada tempat berkembangbiakan atau di sekitarnya dan kepadatan tumbuhan ( padat atau tersebar )
Contoh : Lumut, Pohon bakau, Rumput semak.
k) Jenis-jenis binatang air
Ada tidaknya binatangair sebagai predatoryang memakan jentik nyamuk dan telur nyamuk.
b. Tempat air yang kecil
1. Berupa kontainer
Lubang dipohon-pohon, lubang dibatu-batu, lubang-lubang kepiting atau ketam, pelepah daun keladi atau semacamnya, dan lubang pada tonggak bambu.
2. Buatan manusia
Tangki air, bak mandi, drum, tempayan, pot bunga, tempat minum burung, barang-barang bekas ( kaleng, pecahan gelas dan lain-lain ).
E. Faktor – Faktor Yang Mengakibatkan Terjadinya Kasus Malaria.
1. Faktor Vektor
Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina anopheles didunia. Hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoid dan dapat menularkan malaria.
Nyamuk anoheles terutama hidup didaerah tropik dan subtropik, namun juga bisa hidup didaerah yang beriklim sedang dan bahkan didaerah Afrika. Anopheles jarang ditemukan didaratan lebih dari 2000-2500 m, sebagian besar nyamuk anopheles ditemukan didaratan rendah.
Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Kepadatan vektor dekat permukiman.
b. Kesukaan mengisap darah manusia atau antropofilia.
c. Frekuensi mengisap darah manusia ( tergantung dari suhu ).
d. Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sponogoni dan kemudian menginfeksi jumlah yang berbeda-beda menurut spesies.
Nyamuk anopheles menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istirahat nyamuk anopheles dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Endofili : Suka tinggal didalam rumah / bangunan
b. Eksofili : Suka tinggal diluar rumah
c. Endofalogi : Menggit dalam rumah / bangunan
d. Eksologi : Menggit diluar rumah / bangunan
e. Antroprofili : Suka menggit manusia
f. Zoofili : Suka menggit binatang
Jarak terbang nyamuk anpheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk anopheles bisa terbawa sampai 30 km, nyamuk anopheles bisa terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malaria kedaerah yang non-Endemik.
2. Faktor Manusia
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya setiap orang bisa terkena malaria. Perbedaan prevelensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkitan dengan perbedaan derajat kebutuhan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai responden imun yang lebih kuat dibandingkan laki-laki, namun kehamilan menambah resiko malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak antara lain ; berat badan lahir yang rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin intrauterin.
Faktor-faktor genetik pada manusia yang dapat mempengaruhi terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit kedalam sel, mengubah respon imunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor.
Beberapa faktor genetik bersifat prefektif terhadap malaria adalah :
a. Golongan Darah
b. Hemoglobin S yang menyebabkan sickle call anemia.
c. Thalasemia ( Alfa dan Beta )
d. Hemoglobinofati lainya ( Hb F dan Hb E )
e. Defisiensi G-6-PD ( Glukosa-6-phasphate dehidrogenase ).
f. Ovalositosis (di Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya )
( Malaria Epideminologi Departeman Kesehatan RI, 1983 ).
3. Faktor Sanitasi Lingkungan
Adapun faktor sanitasi rumah antara lain :
a. Kebersihan rumah tinggal seperti halaman rumah atau pekarangan rumah.
b. Ventilasi kawat kasa, untuk menghindari masuknya nyamuk
c. Tempat perindukan.
4. Faktor Agent ( Fakor Penyebab )
Agent adalah suatu unsur organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Karakteristik agent :
a. Infektifitas
Kesanggupan dari organisme utuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungannya dari host untuk mampu tinggal dan berkembang biak ( Multiply ) dalam jaringan host.
b. Patogenesis
Kesanggupan organisme untuk menimbulak suatu reaksi klinis khususnya yang patologis setelah terjadi infeksi pada host yang diserang.
c. Virulesnsi
Keanggupan organisme tertentu untuk mengahasilkan reaksi patologis berat ( menyababkan kematian ). Virulensi kuman menunjukan beratnya penyakit.

d. Toksisitas
Kesanggupan untuk memproduksi reaksi kimia yang toksit oleh substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusakkan jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksin.
e. Antigenisitas
Kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologi dalam host.
5. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu ”, dan ini terjadi setelah dilakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi mulai panca indera, yaitu : Indera pengelihat, pendengar, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pengelihatan dan pendengaran.
Penelitian Regers ( 1974 ) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengapdopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
a. Awareness ( kesadaran ), dimana seorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus ( objek ).
b. Interest ( merasa tertarik ) terhadap stimulus atau objek tersebut.
c. Evaluation ( menimbang-nimbang ) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana objek mulai mencoba melakukan seseuatu sesuai dengan pengetahuan, keadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long losting ).
Pengetahuan yang mencakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
a. Tahu ( Know )
Tahu artinya sebagai mengikatkan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
b. Memahami ( Comprehension )
Memahami arti sebagi suatu kemampuanmenjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi secara sebenarnya.
d. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini terlihat dari penggunaan kata-kat kerja; dapat mengambarkan, membedakan, memisahkan atau mengelompokan.
e. Sistesis ( Syntesis )
Sistensis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada ( Notoadmodjo, 2000 ).

E. Upaya Pemberantasan Malaria.
Upaya pemberantasan malaria untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria dilakukan melalui program pemberantasa malaria yang kegiatanya antara lain meliputi; diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveylens dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukan untuk memutus mata rantai penularan penyakit malaria.


Beberapa kegiatan pemberantasan malaria ditingkat Puskesmas antara lain :
1. Penemuan penderita malaria
Kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui pengambilan sedian darah langsung dilapangan dengan metode tertentu seperti survei masal dan berkala dan melalui kunjungan secara langsung ke Puskesmas.
2. Pengaobatan penderita malaria
Sampai saat ini Diagnostik malaria berdasarkan ditemukannya parasit dalam darah sedian darah secara mikroskopik. Sedangfakan kasus malaria yang diagnosisnya hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis tanpa pemeriksaan labolatorium disebut kasus tersangka malaria atau klinis.
3. Pencegahan
Dari beberapa sumber menyatakan pencegahan malaria sangatlah bervariatip melalui dari perlindungan perorangan sampai dengan usaha-usaha dalam rangka penyehatan lingkungan antara lain : Tidur menggunakan kelambau ( Bed Net ), memasang kawat kasa, dan menjaga kebersihan lingkungan.





BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP















Ketrangan
: Diteliti
: Tidak Diteliti


B. HIPOTESIS
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
“Ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 ”.



















BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancang Bangun Penelitian
Berdasarkan karakteristiknya penelitian ini merupakan penelitian observasional / lapangan bersifat analitik, yaitu ingin mencari hubungan sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Kebupaten Lombok Tengah Tahun 2008. Menurut waktunya penelitian ini termasuk penelitian cross sectional dimana data dikumpulkan hanya satu kali dari setiap subyek untuk mendapatkan gambaran saat itu pada waktu tertentu. ( Soekidjo, 2002 ).
B. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang berada di Desa Kuta wilayah kerja Puskesmas Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah tahun 2008 sejumlah 1989 jiwa.
C. Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian kepala keluarga yang berada di Desa Kuta wilaya kerja Puskesmas Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
2. Besar Sampel
Menurut Soekidjo ( 2002 ) untuk mencari besar sampel dari populasi yang lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan rumus :
Keterangan : N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat Kepercayaan yang dinginkan ( 0,1 )
dibulatkan menjadi 95.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik proporsional simple random sampling. Desa Kuta terdiri dari 13 dusun, ke 13 dusun tersebut adalah Kuta I, Kuta II, Ketapang, Batu Riti, Mong I, Mong II, Lenser, Merendeng, Mengalung, Rangkap I, Rangkap II, Golang dan Dusun Ujung.
Untuk mewakili semua dusun sampel diambil secara proposional dengan rumus sebagai berikut :
a) Kuta I : dibulatkan 10
b) Kuta II : dibulatkan 6
c) Batu Riti : dibulatkan 8
d) Mong I : dibulatkan 10
e) Mong II : dibulatkan 6
f) Lenser : dibulatkan 7
g) Merendeng : dibulatkan 6
h) Mengalun : dibulatkan 8
i) Ketapang : dibulatkan 6
j) Rangkap I : dibulatkan 5
k) Rangkap II : dibulatkan 6
l) Ujung : dibulatkan 12
m) Ngolang : dibulatkan 5
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah a+b+c+d+e+f+g+h+i+j+k+l+m = 95.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Kuta wilayah kerja Puskesmas Kuta Kecamatan Pujut kabupaten Lombok Tengah tahun 2008.
2. Waktu Penelitian
Rencana penelitian adalah bulan Nopember 2008.
E. Variabel, Cara Pengukuran dan Difinisi Oprasional Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Independent ( Bebas )
Sanitasi lingkungan rumah sekitar pantai yang meliputi ventilasi, sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan sampah dan sarana pembuangan air limbah

b. Variabel Dependent (Terikat)
Kejadian kasus Malaria
2. Cara Pengukuran Variabel Penelitian
a. Cara pengukuran untuk lokasi sampel dilakukan dengan cara antara lain :
Sanitasi rumah yaitu ventilasi ( ada tidaknya kawat kasa ), Sumber Air Bersh (SAB), Sarana pembuangan kotoran, Sarana Pembuangan sampah dan sarana pembuangan air limbah (SPAL) diukur dengan cara melakukan observasi langsung terhadap keadaan lokasi penelitian.
b. Untuk variabel tingkat kasus malaria dapat diukur dengan melihat data sekunder jumlah kasus malaria dilaboratorium puskesmas.
3. Difinisi Oprasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Data
1.










Independent :
Sanitasi Lingkungan Rumah Sekitar Pantai.










Rumah Sekitar Pantai


Suatu usaha mengendalikan keadaan rumah agar tidak menimbulkan gangguan perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup penguni rumah yang meliputi ; kebersihan rumah tinggal dan tempat perindukan ‘

Rumah yang berjarak minimal 3 (tiga) kilo meter dari pinggir pantai.


















Ventilasi rumah Sirkulasi tempat masuk dan keluarnya udara yang biasanya dipasang pada bagian atas jendela termasuk juga apakah pada ventilasi tersebut dipasang kawat kasa. Diukur dengan menggunakan lembar observasi masing-masing sub variabel diberi nilai 1 bila menjawab ya dan nilai 0 bila tidak kemudian dikriteriakan menjadi:

Memenuhi Syarat: jika total skor hasil observasi = 2

Tidak Memenuhi Syarat: jika total skor hasil observasi <>3
Tidak Memenuhi Syarat : jika total skor hasil observasi <3>3

Tidak Memenuhi Syarat: jika total skor hasil observasi <3>2

Tidak Memenuhi Syarat: jika total skor hasil observasi <2>3
Tidak Memenuhi Syarat: jika total skor hasil observasi <3 Nominal
2 Dependent :
Kejadian Kasus Malaria Penderita yang mempunyai gejala panas, menggigil, keluar keringat dan yang berobat ke Puskesmas.
Di kumpulkan dengan melakukan pemeriksaan fisiik dengan bantuan tenaga kesehatan sesuai dengan gejala-gejala yang disebutkan pada kolom definisi operasional, dengan kriteria:
Kasus malaria: jika hasil pemeriksaan yang dilakukan positif mengalami gejala-gejala yang disebutkan pada kolom definisi operasional.
Non Kasus malaria: jika hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak mengalami gejala-gejala yang disebutkan pada kolom definisi operasional.
Nominal
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini berupa data sanitasi disekitar pantai yang dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara dan observasi dengan definisi sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara langsung yang ditujukan kepada responden dengan panduan kuesioner terhadap obyek yang diteliti.
b. Observasi
Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.
2. Data Skunder
Data ini meliputi :
a. Data geografi, topogarafi dan kependudukan yang didapat dari kantor Desa untuk memperoleh gambaran lokasi penelitian.
b. Data yang diperoleh dari Puskesmas terdekat dari lokasi penelitian yaitu mengetahui jumlah kasus penyakit malaria dan data 10 penyakit terbanyak.
G. Teknik Analisa data
Data yang terkumpul melalui wawancara dan observasi, sebelum di analisis dilakukan terlebih dahulu proses editing yaitu mengkaji dan meneliti kembali data-data yang telah terkumpul apakah sudah baik dan dapat dipakai pada proses selanjutnya. Serta melalui proses kodeing yaitu mengklasifikasikan jawaban setelah itu baru dianalisis untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan veriabel terikat maka digunakan uji Chi-Square dengan mengunakan sistem program komputer SPSS versi 13.00.

Mendapatkan Uang dengan Google Adsense

Mungkin anda akan bertanya. "Bagaimana bisa di internet kita mendapatkan uang ?". Pertanyaan yang banyak sekali ditanyakan ketika ada tawaran untuk mencari sejumlah dolar di internet. Ok, untuk menjawab pertanyaan anda, akan saya jelaskan tentang apa itu adsense dan bagaimana mendapatkan uang dengan cara mudah ini.

Adalah adsense. dimana sebuah perusahaan periklanan, mencari client / perusahaan yang mau memasangkan iklan yang akan di publish di internet. dari sinilah titik awal bisnis adsense. Dimana perusahaan yang akan memasang iklan bermaksud memasangkan iklan pada perusahaan periklanan tadi di internet. Pemasang iklan, akan membayar kepada perusahaan periklanan setiap iklan mereka dilihat, bahkan diklik. ok sampe sini jelas kan ? seperti bisnis iklan pada umumnya. misalkan kita mau pasang iklan di surat kabar, kita membayarkan sejumlah uang kepada surat kabar supaya iklan kita dipasangkan di surat kabar tersebut. kira2 analoginya sama seperti itu cuman bedanya adalah masalah media yang digunakan tempat memasangkan iklan. kalo di surat kabar hanya dipasang di surat kabar tersebut saja, sedangkan Adsense,iklan dipasangkan pada web site di internet. dimana memungkinkan iklan dapat dilihat dari seluruh penjuru dunia.

Ada banyak sekali perusahaan periklanan di di internet. dan yang paling terkenal adalah Google.com dengan produk mereka Google Adsense. saya rasa anda pasti kenal google.com kan ? saat ini google adalah website yang paling banyak dikunjungi di internet. karena menyediakan banyak sekali layanan. muladi dari mesin pencarian, email, directory, googlepage dsb. jadi gk salah dong kalo banyak perusahaan yang tertarik untuk memasang iklan di google.com. Perusahaan yang memasang iklan di google.com akan membayar kepada google.com setiap iklan mereka dilihat ato diklik. Gimana ? sampe sini sudah ada gambaran ?